Jumat, 27 September 2013

Vibrio


TUGAS MANDIRI
 KEAMANAN PANGAN
Vibrio parahaemolyticus
Disusun oleh:
Kelompok 17
Cindy Elysia               11.70.0067
Santo Yanuar Tan       11.70.0068
Tabita Oktaviani         11.70.0070

                                                                                
Karakteristik Vibrio parahaemolyticus
Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri gram negatif halofilik yang tidak dapat membentuk spora, dan biasanya ditemukan di lingkungan perairan. Tidak semua golongan Vibrio parahaemolyticus menyebabkan penyakit. Bakteri ini tumbuh pada air laut dengan kadar NaCl optimum 3%, pada kisaran suhu 5-43°C, dengan pH 4,8-11 dan water activity 0,94-0,99. Pertumbuhan berlangsung cepat ketika suhu optimum 30° C dengan waktu generasi hanya 9-10 menit. Bakteri Vp. Dapat hidup secara berkoloni pada kerang-kerangan, udang, ikan, dan produk makanan lainnya.

Bahan Pangan yang Sering Terkontaminasi oleh Vp.
Bahan pangan yang sering terkontaminasi oleh Vp.adalah seafood. Namun seafood yang lebih beresiko terkontaminasi Vp. dan dapat menyebabkan keracunan makanan adalah  seafood yang berhabitat di daerah perairan pantai terutama pada musim panas. Vp dapat ditemukan pada ikan, kerang, udang, kepiting, scallop, dan oyster. Kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini juga terjadi ketika seafood yang tidak dimasak dengan sempurna.
  
Sumber Kontaminasi

Penyakit dan Gejala yang Timbul
Penyakit dari makanan yang terkontaminasi bakteri Vp. memiliki  gejala seperti tiba-tiba kejang perut yang berlangsung selama 48-72 jam dengan masa inkubasi 8-72 jam. Gejala lain adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dingin dan pada sebagian kecil kasus bakteri ini juga menyebabkan septisemia.

Jika mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi Vp. ada kemungkinan terkena gastroenteritis bila sistem kekebalan tubuh dalam keadaan buruk. Gastroenteritis atau biasa disebut diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB di mana frekuensinya lebih dari 3 kali sehari. Diare akut akibat bakteri Vp. disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah, sehingga disebut diare inflamasi. Akibatnya terjadi kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Masa inkubasi bakteri Vp. biasanya berkisar antara 4-30 jam. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus termasuk infeksi dan juga intoksikasi karena diare akut akibat bakteri Vp. disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon.

Catatan Insiden atau Outbreak
Konsumsi produk mentah, makanan laut (seperti tiram dan sashimi, sushi) secara signifikan meningkatkan resiko keracunan makanan dari Vp. patogen adalah penyebab utama keracunan makanan di negara-negara Asia. Di Jepang sebagian besar kasus yang dilaporkan adalah kasus keracunan makanan akibat bakteri tersebut.  Di AS sejak tahun 1997 dan 1998 ada 4 wabah multistate yang terkait dengan konsumsi tiram mentah atau yang kurang matang, mempengaruhi lebih dari 700 individu. Peningkatan dramatis penyakit yang disebabkan oleh Vp.  di AS telah dikaitkan dengan munculnya strain pandemic baru (O3.K6). di Eropa jarang terjadi infeksi oleh Vp. namun di Spanyol pada tahun 2004 terjadi wabah.Vp. yang disebabkan oleh makanan laut yang dipanen dari perairan Eropa dengan strain pandemic baru (O3.K6).

Pencegahan
Untuk produk makanan laut segar, pencucian dapat menurunkan potensi bahaya akibat bakteri Vp. Pencucian dapat dilakukan dengan air, deterjen, larutan bakterisidal seperti kloride, dll. Selain itu, seafood yang akan dimakan sebaiknya dimasak secara sempurna untuk membunuh larva yang mengkontaminasi makanan. Untuk ikan yang dikalengkan, dibekukan atau dikeringkan sebaiknya dilakukan pemblansiran terlebih dahulu. Pemblansiran bertujuan untuk menghambat atau mencegah aktivitas enzim Vibrio parahaemolyticus. Cara pencegahan lain adalah dengan pemberian Imunisasi aktif dengan vaksin mati whole cell. Namun pemberian imunisasi ini kurang efektif untuk penganggulanagn wabah maupun penanggulangan kontak karena vaksin ini hanya memberikan perlindungan parsial dalam jangka waktu yang pendek (3-6 bulan).


Daftar Pustaka
Syamsir, Elvira, 18 April, 2008, Kasus Vibrio parahaemolyticus di dalam seafood, http:/kesehatan.bandungkab.go.id/index.php?option=com_mtree&task=viewlink&link_id=20&Itemid=109


Astawan, Made, 27 Desember 2007, Wapadai Bakteri Patogen pada Makanan, http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition&y=cybermed%7C0%7C0%7C6%7C425

Cahyadi, Eko, 3 Oktober 2006, Gastroenteritis, http://fkuii.org/tiki-read_article.php?articleId=17

Lawley, Richard, Laurie Curtis and Judy Davis. 2008. The Food Safety Hazard Guidebook. RSC Publishing. London.

Siagian, Albert, 2002, Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemarannya, http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-albiner3.pdf



Risk assessment of Vibrio spp. in seafood http://www.fao.org/docrep/008/y8145e/y8145e08.htm


Jawetz, Ernesst, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

Purwijantiningsih, E dan exsyupransia, M, Mutu Bakteriologi Pindang Tongkol, (Euthynnus affinis) yang Berasal dari Beberapa Pasar di Yogyakarta, Biota, Vol XI No I, Februari 2006, Fakultas Biologi UAJY, Yogyakarta

4 komentar:

  1. Informasi yang diberikan cukup lengkap dan jelas, namun ada yang ingin saya tanyakan tentang poin pencegahan. Pada bagian itu tertulis salah satu cara pencegahan yang dapat dilakukan dengan Imunisasi aktif menggunakan vaksin mati whole cell. Bisakah lebih diperjelas tentang apakah itu vaksin mati whole cell, bagaimana cara kerja vaksin tersebut, dan mengapa hanya efektif dalam jangka waktu pendek?
    Sekian...terima kasih..


    Tan, Jeffri Wan Yuarta (NIM 11.70.0008) dari kel 3
    (Stella Gunawan 11.70.0006; Melita Noveliani 11.70.0007)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaan yang telah diberikan :))

      Jadi menurut referensi yang kami gunakan, vaksin sel utuh atau vaksin mati whole cell merupakan vaksin yang berasal dari sel bakteri utuh yang dimatikan dengan cara menginaktivasi sel bakteri dengan menggunakan bahan kimia (pada umumnya dengan formalin) tanpa menghilangkan sifat antigennya.
      Nah, dari cara kerjanya sendiri sama seperti mekanisme kerja vaksin pada umumnya. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga sistem imun menjadi meningkat.
      Vaksin ini memiliki jangka waktu yang pendek dikarenakan inaktivasi antigen (yang dalam hal ini adalah vaksin mati whole cell) ini tidak dipengaruhi oleh antibodi yang beredar sehingga reaksi kekebalan yang ditimbulkan merupakan kekebalan hormonal dan sedikit atau tidak ada kekebalan seluler yang akibatnya antibodi yang dihasilkan akan berkurang dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, untuk penggunaan vaksin ini diperlukan dosis tambahan sehingga hanya efektif dalam jangka waktu yang pendek.

      Semoga penjelasan yang kami berikan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua :D

      Hapus
  2. halooo kelompok 17 .......

    saya Tyas (11.70.0120) dan kedua teman saya (Allicia 11.70.0124 ; Michael Rahardjo 11.70.0122) ingin bertanya kepada kelompok kalian, pada materi di atas sub bab pencegahan disebutkan bahwa "Pencucian dapat dilakukan dengan air, deterjen, larutan bakterisidal seperti kloride".
    Nahhh pencucian dengan air ini maksudnya gimana yaaa? dicuci dengan air yang mengalir atau hanya direndam dengan air????
    kemudian disebutkan juga pencegahan bisa dilakukan dengan deterjen. Deterjen yang seperti apa dan bagaimana caranya? Selanjutnya apakah bahan pangan (misalnya ikan) yang telah dicuci dengan deterjen akan aman untuk dikonsumsi?
    Terima kasihhhhhh :D

    BalasHapus
  3. Terima kasih juga untuk pertanyaan yang telah diberikan :))

    Jadi pencucian dengan air tersebut dapat dilakukan baik dengan air mengalir maupun direndam, misalnya saja pada kerang yang pencuciannya dengan perendaman atau ikan yang dapat dicuci dengan air mengalir.
    Pencegahan dengan menggunakan deterjen atau larutan bakterisidal yang dimaksudkan di sini bukan untuk bahan pangannya melainkan untuk peralatan yang akan digunakan baik sebelum maupun sesudahnya sehingga dapat meminimalkan terjadinya cross-contamination.
    Tentu saja bahan pangan yang dicuci dengan deterjen tidak akan aman untuk dikonsumsi. Pencegahan yang telah disebutkan tersebut dilakukan sebagai ¬pre-treatment.

    Semoga jawaban yang kami berikan dapat diterima dengan baik :D

    BalasHapus