Jumat, 27 September 2013

Enterobacter sakazakii_Kelompok 6

 Enterobacter Sakazakii

Metta Meliani              11.70.0021
Go, Yohan Setiawan   11.20.0022
Yohanes Anggara       11.70.0023

Karakteristik Enterobacter sakazakii
Enterobacter sakazakii merupakan salah satu bakteri pathogen, yaitu bakteri yang dapat menyebabkan sakit pada manusia (Gitapratiwi et al, 2012). Bakteri ini termasuk golongan koliform dalam anggota family Enterobacteriaceae, genus Enterobacter. Bakteri ini termasuk bakteri Gram negative yang bersifat anaerob fakultatif, serta memiliki pigmen warna kuning (Oonaka et al.,2010). Termasuk bakteri pathogen yang tidak membentuk spora akan tetapi memiliki kapsul yang menyelimuti tubuhnya sebagai mekanisme pertahanan diri. Salah satu bentuk pertahan diri dari pada bakteri ini yaitu mampu tumbuh pada kelembaban yang rendah. Bakteri jenis ini tumbuh dengan baik pada suhu 5,50C – 470C. Enterobacter sakazakii merupakan bakteri yang tahan terhadap pH asam, yaitu pada pH 3. Dibandingkan dengan Escherichia coli dan Salmonella serotype yang termasuk anggota Enterobacteriaceae, Enterobacter sakazakii lebih tahan terhadap tekanan osmosis (Lawley et al., 2008).

Sumber kontaminasi dan bahan pangan yang sering terkontaminasi
Sumber dari pada kontaminasi Enterobacter sakazakii masih belum diketahui dengan jelas, akan tetapi bakteri ini dapat ditemukan di lingkungan dan tumbuhan (Lawley et al., 2008). Bakteri ini biasanya terdapat di dalam system pencernaan hewan (Oonaka et al.,2010). Bakteri ini juga dapat ditemui di susu UHT, daging, sayuran, keju, biji-bijian, beras, rempah-rempah, roti yang difermentasi, tofu dan teh asam (Gitapratiwi et al, 2012).  

Penyakit akibat konsumsi bahan pangan yang tercemar Enterobacter sakazakii
Enterobacter sakazakii merupakan golongan bakteri coliform sama seperti E. coli. Kelompok bakteri ini menggunakan makanan sebagai media pertumbuhan mereka. Dan membuat makanan menjadi beracun karena kehadiran mereka (BPOM RI, 2008). Bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit yang berbahaya dan mematikan pada bayi premature, bayi yang baru lahir dengan daya tahan tubuh yang lemah, dan bayi yang baru lahir hingga berumur beberapa minggu. Penyakit pada bayi yang dikaitkan dengan konsumsi susu bubuk formula bayi diantaranya yaitu meningitis dan necrotizing enterocolitis (NEC). (Gitapratiwi et al, 2012). Selain menimbulkan penyakit tersebut, gejala yang timbul apabila kita mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi Enterobacter sakazakii salah satunya adalah diare berdarah. Dan pada sebagian kecil kasus, gejala juga ditandai dengan adanya sepsis yang dapat menyebabkan kematian (BPOM RI, 2008).

Terjadinya pencemaran susu formula oleh Enterobacter sakazakii karena kontaminasi eksternal yaitu melalui penanganan yang buruk saat merekonstitusi susu formula dengan air atau kontaminasi internal selama produksinya. Pencemaran selama penyiapan dapat terjadi dari orang, alat - alat, debu atau lingkungan sekitar serta air yang digunakan untuk merkonstitusi. Sedangkan pencemaran selama produksi kemungkinan terjadi setelah proses pasteurisasi susu yaitu selama penanganan dan selama pengemasan. Selain itu juga karena ketidaksterilan pada saat formula untuk bayi akan digunakan (Lawley et al., 2008).

Insiden yang pernah terjadi
Kasus penyakit pada bayi yang diakibatkan karena mengkonsumsi susu formula yang terkontaminasi oleh Enterobacter sakazakii jarang terjadi, akan tetapi pernah terjadi di beberapa Negara seperti Inggris, Kanada, Belanda, Isreael, Belgia, Amerika Serikat dan Peracis. Bakteri ini dapat ditemukan bahkan dalam susu formula dalam kaleng yang masih tertutup. Akan tetapi, masih belum dapat dipastikan apakah konstaminasi bakteri ini terjadi pada saat kemasan dibuka atua kontaminasi yang memang telah terjadi selama proses pengolahan susu. Kasus kontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii yang pernah terjadi di Perancis pada tahun 2004 menyebabkan kematian 2 bayi dari 9 bayi yang terinfeksi bakteri ini. Infeksi terjadi akibat konsumsi susu bubuk formula merk tertentu yang beredar di pasar. Enterobacter sakazakii ditemukan dalam 31 susu bubuk yang masih dalam kaleng tertutup (Lawley et al., 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Oonaka et al., (2010), dari 149 sampel susu formula bubuk untuk bayi terdapat 36 sampel yang terdeteksi positif terdapat Enterobacteriaceae. Sampel diperoleh dari beberapa perusahaan di Jepang dan sampel juga dibeli di beberapa Negara seperti Thailand, Korea, Hong Kong, Amerika dan lain-lain. setelah dilakukan identifikasi Enterobacteriaceae yang diisolasi ditemukan 9 sampel susu formula bubuk terdeteksi adanya Enterobacter sakazakii.

Cara pencegahan kontaminasi Enterobacter sakazakii
Menurut European Food Safety Authority (EFSA), bakteri Enterobacter sakazakii pada susu formula dapat diinaktifkan melalui proses pasteurisasi. Akan tetapi control terhadap Enterobacter sakazakii sulit untuk dilakukan karena kontaminasi bakteri ini dapat terjadi saat proses pengolahan susu formula baik dalam penangannya maupun dalam proses pengisian susu ke dalam kemasan. Akan tetapi resiko konstaminasi ini dapat diminimalkan melalui penggunaan bahan dengan kualitas microbial yang baik, melakukan pemantauan dan pengontrolan terhadap keberadaan Enterobacteriaceae di lingkungan produksi untuk digunakan sebagai indikasi keberadaan bakteri pathogen seperti Enterobacter sakazakii. Selain itu juga harus diterapkan kebiasaan higinis kepada pekerja dalam pabrik, pemisahan antara proses kering dan basah, serta mencegah terjadinya pengembunan dan masuknya air ke wilayah yang kering (Lawley et al., 2008).

Bayi yang terinfeksi Enterobacter sakazakii dalam jumlah sedikit tidak akan menderita penyakit. Akan tetapi, pencegahan kontaminasi Enterobacter sakazakii sebaiknya dilakukan. Salah satu yaitu dengan menyimpan susu bubuk pada suhu yang rendah atau dibawah 50C, karena suhu penyimpanan yang melebihi suhu tersebut dapat meningkatkan jumlah Enterobacter sakazakii. Selain, diharapkan peralatan yang digunakan untuk susu formula bayi sudah steril. Pencegahan kontaminasi bakteri ini ke dalam susu bubuk juga dapat dilakukan dengan persiapan, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan formula bayi secara lebih aman baik di rumah maupun di rumah sakit (Lawley et al., 2008).

Sumber:
Gitapratiwi, D., Dewanti Hariyadi, R. dan Hidayat. (2012). Genetic relatedness of Cronobacter spp. (Enterobacter sakazakii) isolated from dried food product in Indonesia. International Food Research Journal 19(4):1745-1749 (2012).

Lawley, Richard, Laurie Curtis & Judy Davis. (2008). The Food Safety Hazard Guidebook. RSC Publishing. United Kingdom.


Oonaka, Kenji, Katsunori Furuhata, Motonobu Hara, dan Masafumi Fukuyama. (2010) Powdered Infant Formula Milk Contaminated with Enterobacter sakazakii. Jpn. J. Infect. Dis., 63, 103-107, 2010.

3 komentar:

  1. Saya Hendra Pramana Yonatan 11.70.0099 (kelompok 24 Rotaviruses dengan Dea Nathania 11.70.0097 dan Wulan Aprilliana 11.70.0100),saya ingin bertanya pada bagian sumber kontaminasi dan bahan pangan yang sering terkontaminasi, kalian menyatakan salah satu produk yang sering terkontaminasi adalah susu UHT . Padahal susu UHT di proses pada suhu sekitar 135°sampai 150° C dimana harusnya susu tersebut aman dari berbagai mikrob yang ada. Bagaimana bisa dan faktor apa saja yang mempengaruhi kenapa sampai susu uht tersebut dapat tercemari oleh Enterobacter sakazakii ?

    Kemudian dikatakan juga “Bayi yang terinfeksi Enterobacter sakazakii dalam jumlah sedikit tidak akan menderita penyakit”. Dari poin tersebut saya ingin bertanya berapa batas maksimal dari bakteri ini yang dapat di toleran oleh bayi ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yb Hendra, saya Metta Meliani (11.70.0021) beserta yohan (11.70.0022) dan Anggara (11.70.0023) akan berusaha menjawab pertanyaan anda. disebutkan di atas, bahwa kontaminasi oleh bakteri ini dapat terjadi setelah proses pengolahan seperti proses pengisian ke dalam kemasan maupun kondisi peralatan yang tidak steril.sedangkan untuk batas maksimal bakteri ini dalam makanan bayi seperti susu formula yang boleh ditoleransi (codex, ALINORM 08/31/13) yaitu sebanyak 1 cfu per 340 gram bahan apabila pengujian dilakukan dengan menggunakan 30 sampel dan jumlah maksimum sampel yang cacat yaitu sebanyak 0 sampel. dengan batas mikrobia sebanyak 0 per 10 gram sampel (standar deviasi 0,8 dan kemungkinan sebesar 95%).
      sumber: codex alimentarius commission dengan subjek: distribution of the report of the Thirty-ninth Session of the Codex Committee on food hygiene (ALINORM 08/31/13)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus