Jumat, 27 September 2013

Vibrio Cholerae/Kel.16


(Vibrio Cholerae)
Kelompok 16:
Merliem Yanesie Winata         11.70.0062
Amadea Triputri Gunawan       11.70.0064
Vivi Rinanda                            11.70.0065

Sumber energi manusia untuk dapat melakukan metabolisme diperoleh dari konsumsi makanan. Namun konsumsi bahan pangan yang tidak tepat justru dapat mengarah kepada sakit penyakit. Salah satu penyebab penyakit tersebut adalah oleh infeksi mikroorganisme seperti Vibrio Cholerae. Berikut spesifikasi karakter, kontaminasi, efek, maupun penanggulangan akibat kontaminasi bakteri Vibrio cholerae.

KARAKTERISTIK Vibrio Cholerae
Vibrio cholerae adalah organisme gram negatif dan bakteri yang tidak membentuk spora. V. cholerae dapat tumbuh pada suhu 10-43 oC, dengan suhu optimal 37 oC.  V. cholerae juga dapat bertahan hidup dalam lemari pendingin dan bertahan hidup dalam kondisi lembab, rendah asam, makanan dingin selama 2 minggu atau lebih. V. cholerae  juga dapat bertahan untuk waktu yang lama pada suhu pembekuan. Rentang pH untuk pertumbuhan V. cholerae adalah 5,0-9,6, dengan pH optimum pada 7,6.  V. cholerae toleran terhadap pH tinggi tetapi tidak asam dan tidak aktif pada nilai pH 4.5 pada suhu kamar. Pertumbuhan V. cholerae akan meningkat dengan adanya konsentrasi garam yang rendah. Organisme ini sensitif terhadap pengeringan dan bertahan hanya selama kurang dari 48 jam dalam makanan kering.

V. cholerae merupakan organisme fakultatif anaerob (tumbuh dengan atau tanpa oksigen). Namun pada kondisi aerobik, V. cholerae juga dapat tumbuh dengan baik. Organisme ini tidak tahan terhadap desinfektan yang biasanya digunakan dalam lingkungan pengolahan makanan. V. cholerae tidak tahan panas dan dapat mati pada suhu pasteurisasi yaitu 60 oC selama 2,65 menit dan 71 oC selama 0,30 menit. Memasak pada suhu 70 oC biasanya cukup untuk menginaktivasi V. cholera (Lawley et al., 2008).

SUMBER KONTAMINASI
Sumber kontaminasi kolera biasanya karena sanitasi yang buruk dan kontaminasi dari feses. Vibrio cholerae bisa terdapat pada makanan jika makanan tersebut terkontaminasi oleh air yang tercemar, atau pengolahan makanan yang membawa patogen (Lawley et al., 2008).

BAHAN PANGAN YANG SERING TERKONTAMINASI
Infeksi V. cholerae biasanya disebabkan karena konsumsi makanan laut, seperti kerang. Kerang dapat terkontaminasi lingkungan dan infeksi kolera yang paling sering yaitu karena konsumsi dari tiram mentah. Makanan lain yang sering terkontaminasi yaitu buah, sayur, daging, ikan, santan beku , nasi dan kacang- kacangan. Secara umum, kontaminasi yang terjadi yaitu pada makanan mentah (Lawley et al., 2008).

PENYAKIT DAN GEJALA
Gejala yang timbul dari Vibrio cholerae berupa diare ringan, jika diare lebih parah dapat mengakibatkan produksi tinja menjadi warna abu-abu atau berubah menjadi cairan putih keruh yangg mirip dengan air cucian beras. Gejala lainnya adalah mual, sakit perut dan tekanan darah mejadi rendah. Dapat juga terjadi pendarahan yang disertai dengan kram perut dan demam. Infeksi ini dapat menyebabkan dehidrasi sehingga harus segera diobati kalau tidak akan mengakibatkan kematian. Vibrio cholerae khusus untuk non-O1/0139 gejalanya terjadi dalam waktu 48 jam dari infeksi dan berlangsung sekitar 6 sampai 7 hari. Pada umumnya jika sudah sehat orang tersebut akan sembuh dalam waktu 1 sampai 6 hari (Lawley et et al.,2008).

Pertama kali yang akan dirasakan oleh penderita kolera adalah hilangnya nafsu makan dan telapak tangan serta kaki terasa dingin. Gejala lainnya adalah mual, muntah dan diare berat. Masa inkubasi vibrio cholerae bervariatif mulai dari beberapa jam hingga 5 hari tetapi umumnya2-3 hari (Rahayu, 2010).

Penyakit kolera ditimbulkan oleh infeksi karena disebabkan oleh bakteri vibrio cholerae yang dapat menimbulkan penyakit. Proses dimana mikroorganisme yang terdapat di dalam tubuh dapat menyebabkan sakit yang biasa disebut dengan infeksi (Potter & Perry, 2005).

CATATAN INSIDEN/OUTBREAK
Infeksi oleh Vibrio cholerae seringkali ditemukan di daerah India, Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Penyakit oleh bakteri semacam ini berhubungan dengan kemiskinan, dan sanitasi yang tidak memadai, sehingga muncul wabah air kotor maupun keracunan makanan. Pada tahun 2004 penyakit cholera menyebar di Zambia, dengan tersangka patogen berasal dari sayuran tertentu, buah, daging, maupun kerang (Lawley et al., 2008).

Penyakit cholera seringkali ditemukan di negara berkembang, khususnya pada anak-anak maupun orang tua. Di Afganistan sebaran air bersih hanya terjangkau oleh 40% dari penduduknya, sedangkan sisanya tidak mampu mengakses air bersih. Akibatnya, kota Kabul tercatat sebagai daerah dengan wabah penyakit cholera cukup besar yaitu sekitar 34% penduduknya menanggung penyakit tersebut. Hal ini disebabkan juga karena kondisi kota Kabul, yaitu penuh dengan genangan air akibat banjir, sehingga kotoran hasil pembuangan seringkali bercampur dengan limpasan mata air dan memudahkan terjadinya kontaminasi air oleh Vibrio cholerae. Dicatat oleh WHO bahwa di Afganistan terdapat 114 korban meninggal akibat penyakit cholerae (Kakar et al., 2008).

PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN KONTAMINASI OLEH Vibrio Cholerae 
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari infeksi oleh Vibiro cholerae adalah dengan penggunaan air bersih khususnya dalam pencucian atau pemasakan makanan, dan juga dengan menghindari kontak antara feses dari makanan mentah dengan makanan olahan. Disamping itu, kotoran mentah (belum diolah sebagai pupuk) tidak disarankan untuk digunakan sebagai pupuk pada suatu lahan pertanian (Lawley et al., 2008).  

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyarankan bahwa antara importir dan eksportir seharusnya terdapat persetujuan akan praktek higienis yang perlu dilaksanakan selama penanganan makanan dan pengolahan untuk mencegah, mengurangi, atau mengurangi resiko kontaminasi potensial (Lawley et al., 2008). Penanggulangan bagi pasien yang telah mengalami sakit cholera adalah dengan pemberian larutan ORS (Oral Rehydration Salts), karena pasien yang menderita penyakit cholera akan cenderung mengalami dehidrasi. Namun, bagi pasien yang mengalami dehidrasi berat, injeksi cairan ke dalam pembuluh darah harus dilakukan (Kakar et al., 2008)..

PERUNDANG-UNDANGAN
Berikut adalah beberapa kelembagaan yang mengangani persyaratan pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan, antara lain:
-       Regulasi EU
-       US Food Code
-       The US FDA Guidelines for microbiological contaminants in seafoods.
-       The UK Health Protection Agency (HPA) guideline on the microbiological Quality.
Dikatakan bahwa makanan tergolong berbahaya ketika jumlah Vibrio Cholerae yang terdeteksi adalah sebesar 25 gram atau bahkan lebih (Lawley et al., 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Kakar, Faizullah; Abdul Hamid Ahmadzai; Najibullah Habib; Asadullah Taqdeer; A Frederick Hartman. (2008). Short Reports of A Successful Response To An Outbreak of Cholera In Afghanistan.

Lawley, Richard; Laurie Curtis; & Judy Davis. (2008). The Food Safety Hazard Guidebook. RSC Publishing. London. UK.

Perry & Potter. 2005. Fundamental Keprawatan; Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta. EGC.

Rahayu, Asih. 2010. Cholera. Surabaya.

4 komentar:

  1. Saya, Melita Noveliani 11.70.0007, dari kelompok 3 (Campylobacter) bersama dengan Stella Gunawan (11.70.0006) dan Jeffri Yuarta (11.70.0008). Saya tertarik dengan topik ini, karena disebutkan bahwa makanan yang sering terkontaminasi oleh Vibiro cholerae yaitu buah, sayur, daging, ikan, nasi dan kacang- kacangan, sedangkan makanan-makanan tersebut merupakan makanan yang sering kita jumpai atau bahkan sering kita konsumsi. Kebetulan saya sering mengkonsumsi produk sayuran dari kelas cruciferous (seperti kol, brokoli). Nah, yang saya ingin tanyakan : pertama, apakah ada pre-treatment sebelum sayuran-sayuran tersebut diolah, supaya dapat mencegah infeksi oleh Vibiro cholerae, dan bila ada mohon dijelaskan dan pertanyaan kedua, apakah perlu memperhatikan suhu pemasakan secara spesifik supaya dapat mencegah infeksi Vibiro cholerae? Bila ada, saya ingin mengetahui informasi tentang suhu pemasakan tersebut. Terima kasih

    BalasHapus
  2. Saya Vania Eka (11.70.0032), bersama Rency Gista (11.70.0031) dan Frisky Fediana (11.70.0034) dari kelompok 9 (P. shigelloides) ingin bertanya kepada kelompok anda, diatas disebutkan sumber kontaminasi Vibrio cholerae dapat disebabkan karena konsumsi makanan laut, seperti kerang dan tiram mentah. Apakah kontaminasi v. cholerae hanya melalui lingkungan (eksternal) saja, atau sebelumnya sudah terkandung didalam tubuh kerang / tiram mentah (internal)? Apabila ternyata sudah terkandung didalam tubuh kerang / tiram mentah, senyawa / zat apa yang terdapat didalamnya, yang dapat memicu kontaminasi v cholerae?? Kemudian treatment apa yang digunakan untuk merduksi / mencegah kontaminasi vibrio cholerae pada kerang / tiram mentah? Terima kasih..

    BalasHapus
  3. Terima kasih untuk pertanyaan dari kedua kelompok. Kami akan berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut. Untuk pertanyaan dari Melita dan teman-teman, pada dasarnya bakteri Vibrio cholerae merupakan bakteri yang tidak tahan panas, dimana kisaran suhu bagi pertumbuhannya adalah pada suhu 10-43 oC, maka sebagai pre-treatment khususnya pada produk seperti sayuran dapat dilakukan proses blanching (perendaman dalam air panas selama beberapa 2-3 menit), atau indaktivasi juga dapat dilakukan dengan penambahan zat disinfektan seperti peracetic acid, isopropanol, dan hipoklorit dalam konsentrasi tertentu. Disamping itu pre-treatment berupa pemaparan sinar radiasi juga dapat dilakukan, dengan dosis optimal untuk inaktivasi bakteri ini adalah 0,5 kGy. Kemudian pre-treatment lainnya untuk menghambat pertumbuhan bakteri ini adalah dengan pengusapan air lemon dalam jangka waktu 5 menit, karena bakteri Vibrio cholerae tidak tahan dalam kondisi asam. Secara spesifik kontrol suhu pemasakan untuk mencegah infeksi oleh bakteri ini belum diketahui, namun yang perlu diperhatikan adalah higinitas pengolahan, dimana air pencucian atau pemasakan yang digunakan dipastikan adalah air bersih/matang.

    BalasHapus
  4. Untuk pertanyaan oleh Vania dan teman-teman, berdasarkan sumber yang kami peroleh dari http://www.foodsafety.govt.nz/elibrary/industry/Vibrio_Cholerae-Science_Research.pdf. (2001), diketahui bahwa pada dasarnya kontaminasi v. cholerae pada kerang/tiram mentah terjadi secara eksternal. Dimulai dari air laut yang tercemar/kotor menyebabkan hewan mikroskopis di dalamnya ikut terkontaminasi, dan secara tidak langsung hewan mikroskopis ini dikonsumsi oleh hewan laut lainnya termasuk kerang dan mengakibatkan tumbuhnya koloni organisme cholerae ini pada kerang yang nantinya dikonsumsi oleh manusia. Sesuai dengan teori yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sumber cemaran utama dari Vibrio cholerae adalah air kotor. Jenis penyakit oleh Vibrio cholerae tergolong sebagai infeksi, sehingga keberadaan dari bakteri itu sendiri dan perkembangbiakan bakteri tersebut di dalam tubuh akan menimbulkan penyakit kolera.

    BalasHapus