(Vibrio Cholerae)
Kelompok 16:
Merliem Yanesie Winata 11.70.0062
Amadea Triputri Gunawan 11.70.0064
Vivi Rinanda 11.70.0065
Sumber energi manusia untuk dapat
melakukan metabolisme diperoleh dari konsumsi makanan. Namun konsumsi bahan
pangan yang tidak tepat justru dapat mengarah kepada sakit penyakit. Salah satu
penyebab penyakit tersebut adalah oleh infeksi mikroorganisme seperti Vibrio Cholerae. Berikut spesifikasi
karakter, kontaminasi, efek, maupun penanggulangan akibat kontaminasi bakteri Vibrio cholerae.
KARAKTERISTIK Vibrio Cholerae
Vibrio cholerae
adalah organisme gram negatif dan bakteri yang tidak membentuk spora. V. cholerae dapat tumbuh pada suhu 10-43
oC, dengan suhu optimal 37 oC. V.
cholerae juga dapat bertahan hidup dalam lemari pendingin dan bertahan
hidup dalam kondisi lembab, rendah asam, makanan dingin selama 2 minggu atau
lebih. V. cholerae juga dapat bertahan untuk waktu yang lama
pada suhu pembekuan. Rentang
pH untuk pertumbuhan V. cholerae
adalah 5,0-9,6, dengan pH optimum pada 7,6. V. cholerae
toleran terhadap pH tinggi tetapi tidak asam dan tidak aktif pada nilai pH 4.5
pada suhu kamar. Pertumbuhan
V. cholerae akan meningkat dengan
adanya konsentrasi garam yang rendah. Organisme ini sensitif terhadap
pengeringan dan bertahan hanya selama kurang dari 48 jam dalam makanan kering.
V. cholerae
merupakan organisme fakultatif anaerob (tumbuh dengan atau tanpa oksigen).
Namun pada kondisi
aerobik, V. cholerae juga dapat
tumbuh dengan baik. Organisme ini tidak tahan terhadap desinfektan yang biasanya
digunakan dalam lingkungan pengolahan makanan. V. cholerae tidak tahan panas dan dapat mati pada suhu pasteurisasi
yaitu 60 oC selama 2,65 menit dan 71 oC selama 0,30
menit. Memasak pada suhu 70 oC biasanya cukup untuk menginaktivasi V. cholera (Lawley
et al., 2008).
SUMBER KONTAMINASI
Sumber
kontaminasi kolera biasanya karena sanitasi yang buruk dan kontaminasi dari
feses. Vibrio cholerae bisa terdapat
pada makanan jika makanan tersebut terkontaminasi oleh air yang tercemar, atau
pengolahan makanan yang membawa patogen (Lawley et al., 2008).
BAHAN PANGAN YANG SERING TERKONTAMINASI
Infeksi
V. cholerae biasanya disebabkan
karena konsumsi makanan laut, seperti kerang. Kerang dapat terkontaminasi lingkungan
dan infeksi kolera yang paling sering yaitu karena konsumsi dari tiram mentah.
Makanan lain yang sering terkontaminasi yaitu buah, sayur, daging, ikan, santan
beku , nasi dan kacang- kacangan. Secara umum, kontaminasi yang terjadi yaitu
pada makanan mentah (Lawley
et al., 2008).
PENYAKIT DAN GEJALA
Gejala yang timbul dari Vibrio cholerae berupa diare ringan, jika diare lebih parah dapat mengakibatkan produksi tinja menjadi warna abu-abu atau berubah menjadi cairan putih keruh yangg mirip dengan air cucian beras. Gejala lainnya adalah mual, sakit perut dan tekanan darah mejadi rendah. Dapat juga terjadi pendarahan yang disertai dengan kram perut dan demam. Infeksi ini dapat menyebabkan dehidrasi sehingga harus segera diobati kalau tidak akan mengakibatkan kematian. Vibrio cholerae khusus untuk non-O1/0139 gejalanya terjadi dalam waktu 48 jam dari infeksi dan berlangsung sekitar 6 sampai 7 hari. Pada umumnya jika sudah sehat orang tersebut akan sembuh dalam waktu 1 sampai 6 hari (Lawley et et al.,2008).
Gejala yang timbul dari Vibrio cholerae berupa diare ringan, jika diare lebih parah dapat mengakibatkan produksi tinja menjadi warna abu-abu atau berubah menjadi cairan putih keruh yangg mirip dengan air cucian beras. Gejala lainnya adalah mual, sakit perut dan tekanan darah mejadi rendah. Dapat juga terjadi pendarahan yang disertai dengan kram perut dan demam. Infeksi ini dapat menyebabkan dehidrasi sehingga harus segera diobati kalau tidak akan mengakibatkan kematian. Vibrio cholerae khusus untuk non-O1/0139 gejalanya terjadi dalam waktu 48 jam dari infeksi dan berlangsung sekitar 6 sampai 7 hari. Pada umumnya jika sudah sehat orang tersebut akan sembuh dalam waktu 1 sampai 6 hari (Lawley et et al.,2008).
Pertama kali yang akan dirasakan oleh penderita kolera adalah hilangnya nafsu makan dan telapak tangan serta kaki terasa dingin. Gejala lainnya adalah mual, muntah dan diare berat. Masa inkubasi vibrio cholerae bervariatif mulai dari beberapa jam hingga 5 hari tetapi umumnya2-3 hari (Rahayu, 2010).
Penyakit kolera ditimbulkan oleh infeksi karena disebabkan oleh bakteri vibrio cholerae yang dapat menimbulkan penyakit. Proses dimana mikroorganisme yang terdapat di dalam tubuh dapat menyebabkan sakit yang biasa disebut dengan infeksi (Potter & Perry, 2005).
CATATAN INSIDEN/OUTBREAK
Infeksi oleh Vibrio cholerae seringkali ditemukan di daerah India, Asia, Amerika
Latin, dan Afrika. Penyakit oleh bakteri semacam ini berhubungan dengan
kemiskinan, dan sanitasi yang tidak memadai, sehingga muncul wabah air kotor
maupun keracunan makanan. Pada tahun 2004 penyakit cholera menyebar di Zambia,
dengan tersangka patogen berasal dari sayuran tertentu, buah, daging, maupun
kerang (Lawley et al., 2008).
Penyakit cholera seringkali ditemukan di
negara berkembang, khususnya pada anak-anak maupun orang tua. Di Afganistan
sebaran air bersih hanya terjangkau oleh 40% dari penduduknya, sedangkan
sisanya tidak mampu mengakses air bersih. Akibatnya, kota Kabul tercatat
sebagai daerah dengan wabah penyakit cholera cukup besar yaitu sekitar 34%
penduduknya menanggung penyakit tersebut. Hal ini disebabkan juga karena
kondisi kota Kabul, yaitu penuh dengan genangan air akibat banjir, sehingga
kotoran hasil pembuangan seringkali bercampur dengan limpasan mata air dan
memudahkan terjadinya kontaminasi air oleh Vibrio
cholerae. Dicatat oleh WHO bahwa di Afganistan terdapat 114 korban
meninggal akibat penyakit cholerae (Kakar et
al., 2008).
PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN KONTAMINASI OLEH Vibrio Cholerae
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk
menghindari infeksi oleh Vibiro cholerae
adalah dengan penggunaan air bersih khususnya dalam pencucian atau pemasakan
makanan, dan juga dengan menghindari kontak antara feses dari makanan mentah
dengan makanan olahan. Disamping itu, kotoran mentah (belum diolah sebagai
pupuk) tidak disarankan untuk digunakan sebagai pupuk pada suatu lahan
pertanian (Lawley et al., 2008).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
menyarankan bahwa antara importir dan eksportir seharusnya terdapat persetujuan
akan praktek higienis yang perlu dilaksanakan selama penanganan makanan dan
pengolahan untuk mencegah, mengurangi, atau mengurangi resiko kontaminasi
potensial (Lawley et al., 2008). Penanggulangan
bagi pasien yang telah mengalami sakit cholera adalah dengan pemberian larutan
ORS (Oral Rehydration Salts), karena
pasien yang menderita penyakit cholera akan cenderung mengalami dehidrasi.
Namun, bagi pasien yang mengalami dehidrasi berat, injeksi cairan ke dalam
pembuluh darah harus dilakukan (Kakar et
al., 2008)..
PERUNDANG-UNDANGAN
Berikut adalah beberapa kelembagaan yang
mengangani persyaratan pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan, antara lain:
- Regulasi
EU
- US Food Code
-
The US FDA Guidelines for microbiological contaminants
in seafoods.
-
The UK Health
Protection Agency (HPA) guideline on the microbiological Quality.
Dikatakan bahwa
makanan tergolong berbahaya ketika jumlah Vibrio Cholerae yang terdeteksi
adalah sebesar 25 gram atau bahkan lebih (Lawley et al., 2008).
DAFTAR
PUSTAKA
Kakar,
Faizullah; Abdul Hamid Ahmadzai; Najibullah Habib; Asadullah Taqdeer; A
Frederick Hartman. (2008). Short Reports of A Successful Response To An
Outbreak of Cholera In Afghanistan.
Lawley,
Richard; Laurie Curtis; & Judy Davis. (2008). The Food Safety Hazard
Guidebook. RSC Publishing. London. UK.
Perry & Potter. 2005. Fundamental Keprawatan; Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta. EGC.
Perry & Potter. 2005. Fundamental Keprawatan; Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta. EGC.
Rahayu, Asih. 2010. Cholera. Surabaya.
Saya, Melita Noveliani 11.70.0007, dari kelompok 3 (Campylobacter) bersama dengan Stella Gunawan (11.70.0006) dan Jeffri Yuarta (11.70.0008). Saya tertarik dengan topik ini, karena disebutkan bahwa makanan yang sering terkontaminasi oleh Vibiro cholerae yaitu buah, sayur, daging, ikan, nasi dan kacang- kacangan, sedangkan makanan-makanan tersebut merupakan makanan yang sering kita jumpai atau bahkan sering kita konsumsi. Kebetulan saya sering mengkonsumsi produk sayuran dari kelas cruciferous (seperti kol, brokoli). Nah, yang saya ingin tanyakan : pertama, apakah ada pre-treatment sebelum sayuran-sayuran tersebut diolah, supaya dapat mencegah infeksi oleh Vibiro cholerae, dan bila ada mohon dijelaskan dan pertanyaan kedua, apakah perlu memperhatikan suhu pemasakan secara spesifik supaya dapat mencegah infeksi Vibiro cholerae? Bila ada, saya ingin mengetahui informasi tentang suhu pemasakan tersebut. Terima kasih
BalasHapusSaya Vania Eka (11.70.0032), bersama Rency Gista (11.70.0031) dan Frisky Fediana (11.70.0034) dari kelompok 9 (P. shigelloides) ingin bertanya kepada kelompok anda, diatas disebutkan sumber kontaminasi Vibrio cholerae dapat disebabkan karena konsumsi makanan laut, seperti kerang dan tiram mentah. Apakah kontaminasi v. cholerae hanya melalui lingkungan (eksternal) saja, atau sebelumnya sudah terkandung didalam tubuh kerang / tiram mentah (internal)? Apabila ternyata sudah terkandung didalam tubuh kerang / tiram mentah, senyawa / zat apa yang terdapat didalamnya, yang dapat memicu kontaminasi v cholerae?? Kemudian treatment apa yang digunakan untuk merduksi / mencegah kontaminasi vibrio cholerae pada kerang / tiram mentah? Terima kasih..
BalasHapusTerima kasih untuk pertanyaan dari kedua kelompok. Kami akan berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut. Untuk pertanyaan dari Melita dan teman-teman, pada dasarnya bakteri Vibrio cholerae merupakan bakteri yang tidak tahan panas, dimana kisaran suhu bagi pertumbuhannya adalah pada suhu 10-43 oC, maka sebagai pre-treatment khususnya pada produk seperti sayuran dapat dilakukan proses blanching (perendaman dalam air panas selama beberapa 2-3 menit), atau indaktivasi juga dapat dilakukan dengan penambahan zat disinfektan seperti peracetic acid, isopropanol, dan hipoklorit dalam konsentrasi tertentu. Disamping itu pre-treatment berupa pemaparan sinar radiasi juga dapat dilakukan, dengan dosis optimal untuk inaktivasi bakteri ini adalah 0,5 kGy. Kemudian pre-treatment lainnya untuk menghambat pertumbuhan bakteri ini adalah dengan pengusapan air lemon dalam jangka waktu 5 menit, karena bakteri Vibrio cholerae tidak tahan dalam kondisi asam. Secara spesifik kontrol suhu pemasakan untuk mencegah infeksi oleh bakteri ini belum diketahui, namun yang perlu diperhatikan adalah higinitas pengolahan, dimana air pencucian atau pemasakan yang digunakan dipastikan adalah air bersih/matang.
BalasHapusUntuk pertanyaan oleh Vania dan teman-teman, berdasarkan sumber yang kami peroleh dari http://www.foodsafety.govt.nz/elibrary/industry/Vibrio_Cholerae-Science_Research.pdf. (2001), diketahui bahwa pada dasarnya kontaminasi v. cholerae pada kerang/tiram mentah terjadi secara eksternal. Dimulai dari air laut yang tercemar/kotor menyebabkan hewan mikroskopis di dalamnya ikut terkontaminasi, dan secara tidak langsung hewan mikroskopis ini dikonsumsi oleh hewan laut lainnya termasuk kerang dan mengakibatkan tumbuhnya koloni organisme cholerae ini pada kerang yang nantinya dikonsumsi oleh manusia. Sesuai dengan teori yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sumber cemaran utama dari Vibrio cholerae adalah air kotor. Jenis penyakit oleh Vibrio cholerae tergolong sebagai infeksi, sehingga keberadaan dari bakteri itu sendiri dan perkembangbiakan bakteri tersebut di dalam tubuh akan menimbulkan penyakit kolera.
BalasHapus