Enterobacter
Sakazakii
Metta Meliani 11.70.0021
Go, Yohan Setiawan 11.20.0022
Yohanes Anggara 11.70.0023
Karakteristik Enterobacter sakazakii
Enterobacter sakazakii merupakan
salah satu bakteri pathogen, yaitu bakteri yang dapat menyebabkan sakit pada
manusia (Gitapratiwi et al, 2012). Bakteri
ini termasuk golongan koliform dalam anggota family Enterobacteriaceae, genus Enterobacter.
Bakteri ini termasuk bakteri Gram negative yang bersifat anaerob fakultatif, serta
memiliki pigmen warna kuning (Oonaka et al.,2010). Termasuk bakteri
pathogen yang tidak membentuk spora akan tetapi memiliki kapsul yang
menyelimuti tubuhnya sebagai mekanisme pertahanan diri. Salah satu bentuk
pertahan diri dari pada bakteri ini yaitu mampu tumbuh pada kelembaban yang
rendah. Bakteri jenis ini tumbuh dengan baik pada suhu 5,50C – 470C.
Enterobacter sakazakii merupakan bakteri yang tahan terhadap pH asam,
yaitu pada pH 3. Dibandingkan dengan Escherichia
coli dan Salmonella serotype yang
termasuk anggota Enterobacteriaceae, Enterobacter
sakazakii lebih tahan terhadap
tekanan osmosis (Lawley et al., 2008).
Sumber
kontaminasi dan bahan pangan yang sering terkontaminasi
Sumber dari pada kontaminasi
Enterobacter sakazakii masih belum diketahui dengan jelas, akan tetapi
bakteri ini dapat ditemukan di lingkungan dan tumbuhan (Lawley et al., 2008). Bakteri ini biasanya terdapat di dalam system pencernaan hewan
(Oonaka et al.,2010). Bakteri ini
juga dapat ditemui di susu UHT, daging, sayuran, keju, biji-bijian, beras,
rempah-rempah, roti yang difermentasi, tofu dan teh asam (Gitapratiwi
et al, 2012).
Penyakit
akibat konsumsi bahan pangan yang tercemar Enterobacter sakazakii
Enterobacter
sakazakii merupakan golongan bakteri coliform sama seperti E. coli. Kelompok bakteri ini menggunakan
makanan sebagai media pertumbuhan mereka. Dan membuat makanan menjadi beracun
karena kehadiran mereka (BPOM RI, 2008). Bakteri ini dapat menyebabkan beberapa
penyakit yang berbahaya dan mematikan pada bayi premature, bayi yang baru lahir
dengan daya tahan tubuh yang lemah, dan bayi yang baru lahir hingga berumur
beberapa minggu. Penyakit pada bayi yang dikaitkan dengan konsumsi susu bubuk
formula bayi diantaranya yaitu meningitis dan necrotizing enterocolitis (NEC). (Gitapratiwi
et al, 2012). Selain menimbulkan penyakit
tersebut, gejala yang timbul apabila kita mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terkontaminasi Enterobacter sakazakii salah satunya adalah diare berdarah.
Dan pada sebagian kecil kasus, gejala juga ditandai dengan adanya sepsis yang
dapat menyebabkan kematian (BPOM RI, 2008).
Terjadinya pencemaran susu formula oleh Enterobacter
sakazakii karena kontaminasi eksternal yaitu melalui penanganan yang buruk
saat merekonstitusi susu formula dengan air atau kontaminasi internal selama
produksinya. Pencemaran selama penyiapan dapat terjadi dari orang, alat - alat,
debu atau lingkungan sekitar serta air yang digunakan untuk merkonstitusi. Sedangkan
pencemaran selama produksi kemungkinan terjadi setelah proses pasteurisasi susu
yaitu selama penanganan dan selama pengemasan. Selain itu juga karena
ketidaksterilan pada saat formula untuk bayi akan digunakan (Lawley et al., 2008).
Insiden
yang pernah terjadi
Kasus penyakit pada bayi yang diakibatkan
karena mengkonsumsi susu formula yang terkontaminasi oleh Enterobacter
sakazakii jarang terjadi, akan tetapi pernah terjadi di beberapa Negara
seperti Inggris, Kanada, Belanda, Isreael, Belgia, Amerika Serikat dan Peracis.
Bakteri ini dapat ditemukan bahkan dalam susu formula dalam kaleng yang masih
tertutup. Akan tetapi, masih belum dapat dipastikan apakah konstaminasi bakteri
ini terjadi pada saat kemasan dibuka atua kontaminasi yang memang telah terjadi
selama proses pengolahan susu. Kasus kontaminasi bakteri Enterobacter
sakazakii yang pernah terjadi di Perancis pada tahun 2004 menyebabkan
kematian 2 bayi dari 9 bayi yang terinfeksi bakteri ini. Infeksi terjadi akibat
konsumsi susu bubuk formula merk tertentu yang beredar di pasar. Enterobacter
sakazakii ditemukan dalam 31 susu bubuk yang masih dalam kaleng tertutup (Lawley et al., 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Oonaka et al., (2010),
dari 149 sampel susu formula bubuk untuk bayi terdapat 36 sampel yang
terdeteksi positif terdapat Enterobacteriaceae.
Sampel diperoleh dari beberapa perusahaan di Jepang dan sampel juga dibeli di
beberapa Negara seperti Thailand, Korea, Hong Kong, Amerika dan lain-lain. setelah dilakukan identifikasi Enterobacteriaceae yang diisolasi ditemukan 9 sampel susu formula bubuk terdeteksi adanya Enterobacter sakazakii.
Cara
pencegahan kontaminasi Enterobacter sakazakii
Menurut European Food Safety Authority
(EFSA), bakteri Enterobacter sakazakii pada susu formula dapat diinaktifkan melalui proses pasteurisasi. Akan
tetapi control terhadap Enterobacter sakazakii sulit untuk dilakukan
karena kontaminasi bakteri ini dapat terjadi saat proses pengolahan susu
formula baik dalam penangannya maupun dalam proses pengisian susu ke dalam
kemasan. Akan tetapi resiko konstaminasi ini dapat diminimalkan melalui
penggunaan bahan dengan kualitas microbial yang baik, melakukan pemantauan dan
pengontrolan terhadap keberadaan Enterobacteriaceae
di lingkungan produksi untuk digunakan sebagai indikasi keberadaan bakteri
pathogen seperti Enterobacter sakazakii. Selain itu juga harus diterapkan kebiasaan higinis kepada pekerja
dalam pabrik, pemisahan antara proses kering dan basah, serta mencegah
terjadinya pengembunan dan masuknya air ke wilayah yang kering (Lawley et al.,
2008).
Bayi yang terinfeksi Enterobacter
sakazakii dalam jumlah sedikit
tidak akan menderita penyakit. Akan tetapi, pencegahan kontaminasi Enterobacter
sakazakii sebaiknya dilakukan. Salah satu yaitu dengan menyimpan susu bubuk
pada suhu yang rendah atau dibawah 50C, karena suhu penyimpanan yang
melebihi suhu tersebut dapat meningkatkan jumlah Enterobacter sakazakii.
Selain, diharapkan peralatan yang digunakan untuk susu formula bayi sudah
steril. Pencegahan kontaminasi bakteri ini ke dalam susu bubuk juga dapat
dilakukan dengan persiapan, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan formula
bayi secara lebih aman baik di rumah maupun di rumah sakit (Lawley et al.,
2008).
Sumber:
Gitapratiwi, D., Dewanti Hariyadi, R. dan Hidayat. (2012). Genetic relatedness of Cronobacter spp. (Enterobacter sakazakii) isolated from dried food product in Indonesia. International Food Research Journal 19(4):1745-1749 (2012).
Gitapratiwi, D., Dewanti Hariyadi, R. dan Hidayat. (2012). Genetic relatedness of Cronobacter spp. (Enterobacter sakazakii) isolated from dried food product in Indonesia. International Food Research Journal 19(4):1745-1749 (2012).
Lawley,
Richard, Laurie Curtis & Judy Davis. (2008). The Food Safety Hazard
Guidebook. RSC Publishing. United Kingdom.
Oonaka, Kenji, Katsunori Furuhata, Motonobu Hara,
dan Masafumi Fukuyama. (2010) Powdered Infant Formula Milk Contaminated with Enterobacter
sakazakii. Jpn. J. Infect. Dis., 63, 103-107, 2010.
Saya Hendra Pramana Yonatan 11.70.0099 (kelompok 24 Rotaviruses dengan Dea Nathania 11.70.0097 dan Wulan Aprilliana 11.70.0100),saya ingin bertanya pada bagian sumber kontaminasi dan bahan pangan yang sering terkontaminasi, kalian menyatakan salah satu produk yang sering terkontaminasi adalah susu UHT . Padahal susu UHT di proses pada suhu sekitar 135°sampai 150° C dimana harusnya susu tersebut aman dari berbagai mikrob yang ada. Bagaimana bisa dan faktor apa saja yang mempengaruhi kenapa sampai susu uht tersebut dapat tercemari oleh Enterobacter sakazakii ?
BalasHapusKemudian dikatakan juga “Bayi yang terinfeksi Enterobacter sakazakii dalam jumlah sedikit tidak akan menderita penyakit”. Dari poin tersebut saya ingin bertanya berapa batas maksimal dari bakteri ini yang dapat di toleran oleh bayi ?
Yb Hendra, saya Metta Meliani (11.70.0021) beserta yohan (11.70.0022) dan Anggara (11.70.0023) akan berusaha menjawab pertanyaan anda. disebutkan di atas, bahwa kontaminasi oleh bakteri ini dapat terjadi setelah proses pengolahan seperti proses pengisian ke dalam kemasan maupun kondisi peralatan yang tidak steril.sedangkan untuk batas maksimal bakteri ini dalam makanan bayi seperti susu formula yang boleh ditoleransi (codex, ALINORM 08/31/13) yaitu sebanyak 1 cfu per 340 gram bahan apabila pengujian dilakukan dengan menggunakan 30 sampel dan jumlah maksimum sampel yang cacat yaitu sebanyak 0 sampel. dengan batas mikrobia sebanyak 0 per 10 gram sampel (standar deviasi 0,8 dan kemungkinan sebesar 95%).
Hapussumber: codex alimentarius commission dengan subjek: distribution of the report of the Thirty-ninth Session of the Codex Committee on food hygiene (ALINORM 08/31/13)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus