HINDARI
STREPTOCOCCUS, JAGALAH KEBERSIHAN
Febby Ernita 11.70.0054
Yuni Rusiana 11.70.0055
Setyo W.A. 11.70.0056
I.
KARAKTER STREPTOCOCCUS
Streptococcus termasuk
bakteri gram-positif yang tidak membentuk spora. Spesiesnya ada yang anaerob fakultatif, namun ada juga yang anaerob. Streptococcus ada yang
patogen ada yang non-patogen. Streptococcus
yang bersifat patogen misalnya Streptococcus
pyogenes dan Streptococcus
zooepidemicus. Streptococcus tidak dapat tumbuh pada
suhu dingin, dan meskipun beberapa spesies dapat tumbuh pada suhu tinggi (Streptococcus thermophilus dapat tumbuh
pada 52°C). Suhu minimum untuk pertumbuhan Streptococcus
pyogenes adalah sekitar 20°C, dengan maksimum 40°C. Streptococcus dapat
bertahan dalam keju sampai 126 hari, di pinggiran gelas selama 2 hari, pada
selimut hingga 120 hari, dan debu hingga 195 hari (Lawley et al, 2008).
II.
SUMBER KONTAMINASI
Inang
alami dari Streptococcus pyogenes adalah manusia. Namun,
dalam beberapa kasus manusia dapat menularkan streptococcus pada sapi dan menyebabkan
mastitis. Streptococcus ditemukan pada kulit manusia, selaput
lendir (terutama di saluran pernapasan) dan kadang-kadang pada rektum. Str. zooepidemicus juga dapat
ditemukan pada kuda, domba, sapi, dan babi (Lawley et al, 2008). Streptococcus umumnya
terdapat dalam kulit, hidung, mulut, dan tenggorokan, serta dapat mudah
dipindahkan ke dalam makanan (Dwiari et al., 2008).
III.
BAHAN PANGAN YANG SERING TERKONTAMINASI STREPTOCOCCUS
Penyakit
akibat Streptococcus pyogenes dan Streptococcus zooepidemicus dapat ditularkan melalui
makanan salad, susu dan produknya, yoghurt, es
krim, puding, puding beras, daging, makanan laut, sandwich yang terbuat dari
telur atau mayonaise. Pada produk
susu, dapat ditemukan dalam susu yang tidak dipasteurisasi ataupun susu yang diambil
dari sapi yang menderita mastitis. Wabah
streptococcus pyogenes telah
dikaitkan dengan makanan dengan pH yang relatif rendah, seperti yoghurt dan
produk yang mengandung mayonaise. Spesies streptococcus tidak tahan panas dan
tidak aktif oleh proses pasteurisasi susu normal. Selain itu, Streptococcus pyogenes juga dapat ditemukan dalam makanan yang kurang
higienis (Lawley et al, 2008).
IV.
GEJALA DAN PENYAKIT AKIBAT STREPTOCOCCUS
Cara penularan utama dari Streptococcus pyogenes adalah melalui kontak orang ke orang, melalui
udara, dan dapat ditularkan melalui makanan. Biasanya, Streptococcus pyogenes
menyebabkan faringitis, tonsilitis, demam
berdarah, sakit tenggorokan dan infeksi kulit seperti impetigo. Organisme ini jika berhubungan
dengan kulit atau luka infeksi sangat parah, dapat menyebabkan
nekrosis fasciitis. Gejala nekrosis fasciitis biasanya timbulnya 12-72 jam setelah infeksi. Gejalanya
biasanya sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, pilek, mual dan muntah, dan
kadang-kadang ruam. Komplikasi sangat jarang terjadi dan tingkat kematian rendah. Jika
tidak diobati, infeksi dapat terjadi selama 10-21 hari, jika dirawat dengan
benar masa penularan dapat dikurangi menjadi 24 - 48 jam
(Lawley et al, 2008).
Faringitis
streptococcus adalah sakit tenggorokan akibat streptococcus mempengaruhi
tenggorokan dan tonsil (kelenjar di tenggorokan pada bagian belakang mulut).
Sakit ini dapat mempengaruhi rongga suara (laring). Gejala yang sering
ditemukan antara lain demam, nyeri tenggorokan dan kelenjar (kelenjar getah bening)
yang membengkak di leher (Shaikh et al, 2010).
Intoksikasi
pangan adalah gangguan yang disebabkan karena termakannya toksin yang
dihasilkan organisme-organisme tertentu atau gangguan-gangguan akibat terinfeksi
organisme penghasil toksin sedangkan infeksi pangan adalah gangguan yang disebabkan
masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi dan sebagai
akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya. Oleh
sebab itu, penyakit yang ditimbulkan oleh streptoccocus termasuk infeksi (Siagian,
2002).
V.
INSIDEN
Insiden makanan terkait dengan wabah Grup-A infeksi streptococcus, yaitu infeksi wabah Streptococcus zooepidemicus
pada makanan telah
terjadi pada susu yang tidak dipasteurisasi dan produk susu. Sebagai
contoh, wabah di AS pada tahun 1983 yang
disebabkan oleh terkontaminasi ''queso blanco'' pada keju putih yang
terbuat dari susu mentah. Susu tidak dipasteurisasi yang terkontaminasi Streptococcus zooepidemicus
menyebabkan wabah yang membunuh 7 orang di Inggris pada tahun 1984. Baru-baru ini, wabah infeksi Streptococcus I zooepidemicus di Spanyol pada tahun 2006 terkait dengan keju yang kurang dipasteurisasi menimbulkan
15 kasus yang berujung 5 kematian
(Lawley et al, 2008).
Insiden
lainnya yang disebabkan oleh streptococcus adalah ada sebuah rumah sakit yang
ditutup sementara sebab terjadi penyebaran penyakit oleh bakteri streptococcus
grup A, yaitu Streptococcus
pyogenes. Penyakit yang ditimbulkan adalah gangguan pada
tenggorokan yang dilanjutkan dengan infeksi pada pembuluh darah. Yang terkena
infeksi ini adalah 6 orang pasien dan satu orang staff di rumah sakit tersebut.
Walau demikian, hanya satu orang yang meninggal dunia sedangkan yang lainnya
diisolasi dan dirawat serta tidak diperbolehkan pulang hingga proses perawatan
selesai (Anonim, 2010).
VI.
PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
streptococcus adalah :
1.
Pengolahan
Pengendalian Streptococcus pada makanan bergantung pada kebersihan. Untuk menghindarinya, harus dipastikan berlangsungnya pendinginan cepat, dan menghindari konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi. Orang yang terinfeksi harus dihindarkan dari makanan supaya tidak menular.
Pengendalian Streptococcus pada makanan bergantung pada kebersihan. Untuk menghindarinya, harus dipastikan berlangsungnya pendinginan cepat, dan menghindari konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi. Orang yang terinfeksi harus dihindarkan dari makanan supaya tidak menular.
2.
Gunakan Produk
Konsumen harus menghindari konsumsi susu mentah
dan produk-produk yang terkait produk susu.
(Lawley et al, 2008).
Jika
seseorang telah mengalami penyakit akibat streptococcus, salah satu upaya untuk
menanggulanginya adalah melakukan operasi pengangkatan tonsil agar berhenti
mengalami sakit tenggorokan (Paradise et al, 1984). Walaupun banyak wabah
penyakit streptococcus, namun belum ada perundang-undangan khusus pada
masyarakat Eropa untuk spesies Streptococcus
dalam makanan (Lawley et al, 2008).
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Hospital Ward Closed After
Fatal Streptococcus Outbreak. http://www.hsj.co.uk/ Diakses 27
September 2013.
Dwiari, S.R., Asadayanti
D.D., Nurhayati, Sofyaningsih M., Yudhanti S.A., Yoga I.B. 2008. Teknologi
Pangan. Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan.
Lawley,
Richard, Judy Davis, Laurie Curtis. 2008. The Food Safety Hazard Guidebook. RSC
Publishing.
Paradise JL, Bluestone CD,
Bachman RZ. 1984. Efficacy Of Tonsillectomy For Recurrent Throat Infection In
Severely Affected Children. Results of parallel randomized and nonrandomized
clinical trials". N. Engl. J. Med. 310 (11): 674–83.
Shaikh,
Leonard, Martin. 2010. Prevalence Of Streptococcal Pharyngitis And
Streptococcal Carriage In Children: A Meta-Analysis. Pediatrics 126 (3):
e557–64. doi:10.1542/peds.2009-2648. PMID 20696723.
Siagian Albiner. 2002.
Mikroba Patogen Pada Makanan Dan Sumber Pencemarannya. Universitas Sumatera
Utara.
Saya Lydia Novita nim 11.70.0004 kelompok 2 (Bacillus sp) bersama Nadiro Anggawa 10.70.0141 dan Nerissa Arviana S 11.70.0002..
BalasHapusAda beberapa hal yang saya hendak tanyakan, Anda menjelaskan bahwa inang alami dari Streptococcus itu justru ada pada manusia yaitu pada saluran pernapasan dan juga saluran pencernaan seperti mulut, tenggorokan. Apabila melihat hal tersebut, apakah tubuh manusia tidak menjadi rentan sekali dengan infeksi dari Streptococcus?
Kemudian, penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus merupakan infeksi, dimana infeksi biasanya merupakan reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya. Penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus seperti yang ada pada kasus: queso blanco, gangguan tenggorokan, ringitis, tonsilitis, demam berdarah, itu semua merupakan penyakit yang terjadi karena hasil metabolisme streptococcus atau karena jumlah streptococcus yang masuk/ mengkontaminasi terlalu banyak populasinya di dalam tubuh?
Selain itu, terkadang dalam pembuatan yoghurt juga diinokulasikan strain Streptococcus, misalnya S. thermophillus. Apakah yoghurt masih tetap aman dikonsumsi?
Terima kasih :)
Saya yuni 11.70.0055, saya ingin menjawab pertanyaan Anda. untuk Streptococcus pyogenes memang inangnya berada pada diri manusia. Oleh sebab itu, manusia menjadi rentan mengalami sakit yang disebabkan oleh streptococcus, seperti sakit tenggorokan. Hal ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri masing-masing. Untuk pertanyaan kedua, penyebab insiden queso blanco karena banyaknya streptococcus yang ada di makanan (keju putih) kemudian dikonsumsi oleh manusia. Karena banyaknya jumlah streptococcus yang masuk ke dalam tubuh akan mengganggu kesehatan seperti gangguan tenggorokan, tonsil, dan lainnya. Untuk jawaban pertanyaan ketiga, streptococcus thermophillus memang masih termasuk dalam genus streptococcus. Namun, S. thermophillus tidak termasuk ke dalam bakteri patogen. Jadi, penjelasan di atas lebih fokus pada jenis streptococcus yang patogen (S. pyogenes,dan lainnya). Oleh sebab itu, tentu saja produk yoghurt menggunakan starter S. thermophilius aman dikonsumsi karena non patogen dan baik bagi saluran pencernaan.
BalasHapussaya Yoceline Natalia nim 11.70.0036 dari kelompok 10 bersama dengan elisabeth tiffany 11.70.0037 dan gracia carolina 11.70.0038. dikatakan bahwa spesies streptococcus tidak tahan panas dan tidak aktif bila di pasteurisasi susu normal, saya ingin bertanya apakah itu berarti bakteri tersebut tidak mati? lalu apakah ada kemungkinan bakteri itu dapat aktif kembali?
BalasHapusterimakasih :)
saya Febby Ernita S nim 11.70.0054 akan mencoba menjawab pertanyaan anda. susu memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga susu merupakan media yang sangat disukai oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. saat susu dipasteurisasi sel streptococcus akan mati namun bukan karena panas melainkan karena thermal shock. sehingga ketika susu tidak segera dikonsumsi, tidak menutup kemungkinan bakteri tersebut akan aktif kembali atau bahkan ada bakteri lain yang tumbuh pada susu tersebut.
BalasHapus