Yersinia enterocolitica
Disusun oleh:
Martinus Mulyanto 11.70.0076
Melany Isabella D. C 11.70.0078
Nies Mayangsari 11.70.0079
1. Karakteristik
Yersinia enterocolitica ditemukan
oleh Schleifstein dan Coleman pada tahun 1939 di Amerika Serikat. Sebagian
besar laporan tentang bakteri ini diterbitkan sejak awal 1960-an. Dalam empat
dekade terakhir, bakteri ini lebih dikenal sebagai patogen bawaan pada makanan.
Pada kenyataannya, Y. enterocolitica dan Campylobacter jejuni dapat dianggap
sebagai bakteri pathogen. Bakteri ini memiliki sifat tidak memfermentasi laktosa,
dengan urease positif dan oksidase positif. Spesies Yersinia termasuk anaerobik
fakultatif bakteri yang tidak membentuk spora, serta masuk ke dalam kelompok
Enterobacteriaceae.
Spesies Y. enterocolitica ditandai
dengan batang Gram negatif (0.99-3.54 μm x 0.52-1.27 μm), diatur
sendiri-sendiri atau singkatnya rantai atau tumpukan. Bentuk coccoid hamper
mendominasi pertumbuhan kultur disuhu 22-25˚C pada media diferensial selektif
yang digunakan untuk isolasi. Karena Y. enterocolitica adalah salah satu
beberapa bakteri patogen yang dapat tumbuh di suhu pendingin, makanan yang
terkontaminasi awalnya rendah patogen ini dapat berfungsi sebagai media untuk
proliferasi dan media penyakit. Namun, tidak semua Y. enterocolitica itu
memiliki sifat patogen karena hanya sebagian dari isolat yang dapat menyebabkan
penyakit dan isolat yang berpotensi patogenik inilah membawa materi genetik
yang dikenal sebagai plasmid virulensi.
2. Sumber kontaminasi dan bahan yang
sering terkontaminasi
Yersinia enterocolitica ini paling
sering dikaitkan dengan produk babi dan susu, karena adanya wabah bawaan yang
sering muncul dari makanan ini. Namun, organisme juga dapat terisolasi dari
makanan lain seperti buah-buahan, sayuran, produk susu, berbagai daging dan
unggas, kerang, ikan, salad, sandwich, kue-kue dan tahu, meskipun isolat dari
sumber ini sering termasuk jenis non-patogenik.
Y. enterocolitica
telah diisolasi dari bahan baku susu dibanyak Negara seperti Australia, Kanada,
Czedhoslovakia, and USA. Ada juga beberapa laporan ada isolasi patogen dari
susu pasteurisasi. Hal ini dapat terjadi mungkin karena kerusakan dalam proses
pasteurisasi untuk perawatan yang memadai atau kontaminasi pasca proses, atau
bisa jadi karena kontaminasi dari heat-resistant golongan Y. enterocolitica. Bakteri Y. enterocolitica
bisa tumbuh di susu pada suhu 3˚C. Hal juga bisa terjadi karena pengurangan
bakteri psychrotrophic dalam susu setelah pasteurisasi, dimana akan
mengaktifkan rendahnya pesaing sehingga patogen oportunistik seperti Y.
enterocolitica tumbuh lebih baik di susu yang telah mengalami proses pasteurisasi
daripada dalam susu mentah. Jadi, kehadiran patogen dalam susu pasteurisasi
harus dan perlu menjadi perhatian khusus.
Bakteri Y. enterocolitica sering
terdeteksi dalam daging dan produk unggas. Tingkat patogen ini ditemukan secara
konsisten dalam jumlah tinggi pada daging yang dikemas dengan vakum yang
memiliki pH di atas 6 serta temperatur rendah. Secara umum, tingkat isolasi
tertinggi patogen Y. enterocolitica (67%) terdapat pada babi. Bakteri
Y. enterocolitica juga telah terisolasi dari tiram, kerang, udang, kepiting
biru, ikan, salad ayam dan direbus jamur, dan kubis, seledri dan wortel.
3.
Gejala
dan penyakit yang ditimbulkan
Yersinia enterocolitica merupakan bakteri yang menyebabkan infeksi dengan penularan
melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia. Infeksi yang diakibatkan
olehYersinia enterocolitica disebut yersiniosis yang bersifat zoonotic, artinya dapat menyerang
manusia maupun hewan. Yersinia
enterocolitica dapat menyebabkan penyakit pada
anak-anak, orang tua, bahkan bayi. Salah satu penyakit yang utama ditimbulkan
oleh Yersinia enterocolitica padaanak-anak
adalah foodborne gastroenteritiss dan
peradangan kelenjar getah bening.
Yersinia enterocolitica baru akan menimbulkan efek kesehatan
setelah berada di dalam tubuh selama 1-11 hari (pada umumnya 24-48 jam). Gejala
yang ditimbulkan oleh Yersinia
enterocolitica meliputi sakit perut (bagian abdomen) seperti ketika terserang
usus buntu, demam, muntah, mual, dan diare. Gejala ini hanya berlangsung selama
2-3 hari atau dapat mencapai 1-3 minggu dengan gejala yang lebih ringan. Ketika
gejala berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama (beberapa bulan), pada
2-3% kasus yang terjadi akan timbul gejala baru yaitu penyakit reiter, keluhan
pada mata dan ruam, kolangitis, septikemia, abseshati, dan limpa, limfadenitis,
pneumonia, spondilitis, radang pada kulit yaitu eritemanodosum (kulitmenjadimerah) dan radang sendi (reactive arthritis). Apabila sudah cukup
parah, akan terjadi bakteremia. Bakterimia merupakan peristiwa masuknya suatu mikroorganisme
ke dalam darah dan akan menimbulkan hal yang fatal.
4. Catatan insiden/outbreak
Yersiniosis
adalah jenis penyakit yang
umum ditemukan di Eropa Utara, Jepang dan Skandinavia.
Infeksi sering diperoleh melalui konsumsi produk daging babi
mentah atau setengah matang, atau konsumsi
susu yang telah terkontaminasi. Yersinia enterocolitica diketahui menyebabkan kelainan pada usus halus dan menyebabkan penyakit
saluran pencernaan yang berat seperti penyakit enterika akut disertai dengan
febris(demam) disertai kehilangan banyak cairan , enterokolitis/ileitis
terminalis, limfadenitis akut pada mesentrium yang gejalanya mirip apendicitis.
Penyakit-penyakit tersebut biasanya sering menyerang anak kecil. Selain itu
dapat juga menyebabkan septikemia abses(bertahannya bakteri patogen dalam
darah) yang biasanya terjadi pada penderita yang daya tahan tubuhnya menurun. Di
AS dan Kanada, di mana wabah keracunan makanan dari yersiniosis relatif tidak
biasa, kasus terutama
telah dikaitkan dengan konsumsi mentah, atau recontaminated susu
pasteurisasi. Pada tahun 1976 wabah yang melibatkan 217 orang di AS terkait dengan
konsumsi cokelat minum susu. Yersinia enterocolitica telah kadang-kadang terjadi pada darah donor dari donor sehat atau donor
dengan riwayat diare, darah yang terkontaminasi tersebut kadang-kadang
menyebabkan Yersinia bakteremia dan kematian dari penerima (Tabel 19) (Jacobs
dkk., 1989).
5. Cara menanggulangi/ pencegahan
kontaminasi
- Cara penanggulangan pada proses pengolahan
Tingkat kontaminasi Yersinia enterocolitica dalam
daging babi mentah dapat dikurangi dengan menggunakan langkah-langkah untuk membatasi tingkat kontaminasi feses
pada bangkai babi setelah disembelih. Daging babi mentah harus selalu dianggap
sebagai potensi sumber Y.
enterocolitica dan harus segera ditangani. Pengendalian patogen pada produk segar harus fokus pada penghilangan kontaminan. Proses pemasakan susu pasteurisasi adalah cara yang
efektif
untuk menghancurkan patogen, dan pengolahan
lanjutan
harus dilakukan untuk memastikan bahwa kontaminasi
ulang makanan heatprocessed tidak terjadi setelah proses
memasak. Sebagai contoh, multistate wabah di Amerika Serikat
disalahkan pada penggunaan peti yang kotor dan tercemar untuk menyimpan dan
mendistribusikan
susu pasteurisasi. Keberadaan
Y. enterocolitica dalam makanan menunjukkan pemanasan yang
tidak memadai atau kontaminasi di dalam proses. Organisme ini dapat meningkat pertumbuhannya selama penyimpanan pada suhu dingin sehingga metode pendinginan bukan merupakan cara yang efektif
untuk kontrol.
- Cara penanggulangan saat konsumsi produk
Risiko
tertular yersiniosis meningkat dengan konsumsi daging babi mentah, atau babi dimasak. Konsumen harus disarankan pada
langkah-langkah untuk memastikan bahwa produk babi yang dimasak secara menyeluruh
dan menghindari kontaminasi silang dari daging babi yang mentah terhadap produk. Konsumen juga harus diberitahu tentang
resiko dari minum susu mentah, dan air dari sumber yang tidak diobati,
terutama di daerah di mana babi disimpan.
Obat-obat
yang dapat dikonsumsi untuk mengobati Yerinoiosis yaitu:
-
chlorampenicol:
-
trimethoprim-sulfamethoxazole,
-
piperacillin,
-
cephalosporin
6.
Referensi
Wong, Hin-chung.
(____). YERSINIA ENTEROCOLITICA. Department of Microbiology. Soochow
University.
Stern,N.J. 1981.
Isolation of potentially virulent Yersinia enterocolitica. Journal of
Food Science 46, 41-42.
Swaminathan,B.,
Harmon,M.C., Mehlman,I.J. 1982. Yersinia enterocolitica. Journal of
Applied Bacteriology 52, 151-183.
Huovinen, Elisa; Leila M Sihvonen; Mikko
J Virtanen; KaisaHaukka; AnjaSiitonen; danMarkkuKuusi. (2010).Symptoms and sources of Yersinia
enterocolitica-infection: a case-control study. BMC Infectious Diseases
2010, 10:122.
Lawley, Richard; Laurie Curtis; Judy
Davis.(2008).The Food Safety Hazard Guidebook.The Royal Society of Chemistry,
Thomas Graham House, Science Park, Milton Road, Cambridge CB4 0WF, UK.
USDA. (2011). Yersiniosis and Chitterlings: Tips to Protect You and Those You Care for
from Foodborne Illness.United States Department of Agriculture Food Safety
and Inspection Service.
Pirie R, Williman
J, Nicol C, Sexton K. (2008).Review of
Yersiniosis Notifications in New Zealand 2002-2006. Client report FW07111
for the New Zealand Food Safety Authority. ESR: Kenepuru Science Centre